Hujan

Jumat, 16 Oktober 2009

DIA (Part 2)

Hampir setahun berlalu. Bayangan Kak Dirga pun pelan pelan pudar. Sejak ia lulus, baru sekali aku bertemu dengannya. Itupun lagi lagi tanpa sengaja. Saat itu ia tiba tiba muncul kembali di kampus. Setelah itu, ia benar benar menghilang bak dihisap langit.

***
Aku sungguh sungguh ingin tak mengingatnya lagi. Itulah mengapa, aku tak pernah menuliskan namanya lagi dalam diary-ku. Kesibukanku mengerjakan skripsi pun rasanya sangat membantuku untuk melupakannya. Unfortunately, Tya, Azzi, dan Ima rasanya tak pernah bosan menggodaku dengan menyebut nama Kak Dirga. ‘Iseng, ‘ begitulah kata mereka. ‘Duh guys, please don’t do it anymore.’ Teriakku kalau kejengkelanku memuncak. Dan mereka pun dengan kompaknya hanya diam sesaat kemudian terbahak bahak kembali.

***
Finally, I was a fresh graduate. Aku dan ketiga sahabatku terpisah. Kami sama sama sibuk dengan kesibukan baru kami. Tekadku untuk melupakan Kak Dirga pun sudah sampai di ubun ubun. Pasti, aku akan benar benar mebuatnya pudar dari ingatanku. Karena tak ‘kan ada yang membuatku mengingatnya lagi. Tentu saja, aku akan memulai membuka hatiku untuk aktor lain dalam drama kehidupanku.

***
Kini hampir dua tahun berlalu setelah aku lulus dan tak melihatnya lagi . Aku hampir benar benar membuatnya hilang dari hidupku. Tapi siang itu, saat iseng aku login ke akun fesbukku, tiba tiba sosok itu muncul kembali. Dia ada dalam deretan teratas list people you may know-ku. Deg! Rasanya debar itu muncul kembali. Rasanya mantra yang lama tak ia lafalkan beraksi lagi. Dan mungkin karena mantra itu juga yang membuatku menggerakan kursor mouse-ku pada kolom add friend. Pelan pelan aku klik add friend, aku ketik verification code, dan akhirnya, ‘your friend request has been sent to Dirga for approval’, warning yang muncul setelah aku klik send request. Deg! Debar kedua pun muncul kembali. Entah apa ini yang disebut penyesalan. Yang selanjutnya membuat aku benar benar menyalahkan diriku sendiri. Harusnya aku tak pernah menambahkannya sebagai teman, sesalku. Harusnya aku membiarkannya berlalu dan hilang dalam list-ku. Tapi rasanya, air sudah tercampur garam, sudah terlanjur. Aku hanya tinggal menunggu waktu lagi. Dan hanya tuhan yang tahu apa yang akan terjadi.

D’s lovely room, September, 6th 2009

0 komentar:

Posting Komentar

hey, whoever are you, you can give comment to my writing. just enjoy giving me comment as long as it can be usefull for me. so, just be my on line's friends!!