Hujan

Minggu, 17 Juli 2011

[Bicara Buku] Sebuah Fantasi Rasa Indonesia




Bismillahirrahmanirrahim.

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

***

Kedhalu, era Plugos akhir, tahun 26,954 kalender Raja-Raja. Bertepatan dengan 13.359 Sebelum Masehi.

Kedhalu, sebuah pulau misterius bagi para penghuni Benua-Benua Besar. Namanya masyhur karena para penduduknya memiliki kemampuan khusus yang disebut pugabha. Ada delapan pugabha menakjubkan warisan dari para pendahulu Kedhalu; pugabha nyegay, penguasa satwa; pugabha pesam, penguasa kekebalan; pugabha sutha, penguasa kekuatan raksasa; pugabha nyinaw, penguasa ketakkasatmataan, pugabha wanyis, penguasa tirai gaib; pugabha kyrany, penguasa ruang dan waktu; pugabha bhelsuny, penguasa luka; dan yang paling spektakuler, pugabha nyamal, penguasa unsur alam.
Berawal dari sebuah visi menyeramkan yang Dhaca Suli alami, kisah ini dibuka. Dhacha Suli, Bhimulay pemalas putra Wamap Suli dari Kedhalu Selatan. Bocah tiga belas tahun itu yakin bahwa visi yang menghampirinya bukanlah sesuatu yang nonsense. Hal yang –tentu saja—membuat ayahnya geram luar biasa. Visi tentang Nibiru itulah yang kemudian membawa si cerdas Dhaca mendatangi Bhupa Supu, --seorang nenek renta yang tinggal di perbatasan Kedhalu Utara dan Kedhalu Selatan dengan koleksi tulisan tentang Benua-Benua Besar--, tempatnya bertanya banyak hal. Dari situ Dhaca semakin meyakini bahwa Nibiru benar-benar akan datang. Sesuai ramalan, salah satu penguasa anggota Persekutuan Raja-Raja yang akan menjadi penyebab kehancuran Kedhalu itu muncul setiap 5.013 tahun. Waktunya semakin dekat. Dhaca bertekad tak akan membiarkan hal itu terjadi.
 
Drastis, Dhaca –si Anak Selatan yang sudah tiga kali tak beranjak dari tingkat Pengenal di Bhepomany—berubah menjadi siswa yang rajin melatih pugabha nyamal miliknya dan dengan semangat luar biasa ‘memaksa’ Sothap Bhepami, Nyithal Sadeth, dan Muwu Thedmamu –tiga sahabatnya—melakukan hal yang sama. Sothap dengan pugabha pesam, Nyithal dengan pugabha sutha, dan Muwu dengan pugabha nyamalnya. Dengan sedikit paksaan dan iming-iming Dhaca tentang ‘sebuah rencana besar’, Empat Keparat Kecil dari Selatan yang selalu diremehkan itu tak lagi sering bolos di bhepomany.
Dan benar. Tak berselang lama, Kedhalu diguncang. Sepertinya ia akan hancur. Awal-awal kehancuran sudah mendekat. Dimulai dengan munculnya Jubah Sihir yang telah menculik Wamap Suli, ketakutan Pethunya, gegernya Dewan Bintang, kabar tentang semakin menipisnya selubung gaib dari Cincin Satarnatez, dan berbagai tanda lain yang mencekam bagi –tak hanya—penduduk Kedhalu Utara yang notabene membangga-banggakan keeksotisan pugabha mereka tetapi juga para petarung tangguh di Kedhalu Selatan.
Semua sepertinya tak dapat menunggu lebih lama. Pun Dhaca. Ia harus menjalankan rencana besarnya secepat mungkin. Dengan keyakinan penuh, dukungan sahabat-sahabatnya Keparat Kecil, Paman barunya, Pedhip Mata Perak dan Sabuk Bulan yang diberikan Wamap sebelum diculik, Dhaca bertekad mengikuti Laga Terakhir –pertandingan super besar di bhepomany yang , tiba-tiba saja, berubah peraturannya dari tahun-tahun sebelumnya. Jemapa!!

Perjuangan mempertahankan Kedhalu dimulai. Dhaca berjuang lolos di seleksi Laga Terakhir. Sothap meyakinkan penduduk Kedhalu Selatan. Nyithal menghadapi orang-orang Thedany hingga Sagany. Dan Muwu menemui Pethunya. Huft!
Hingga waktupun tiba pada tertembusnya Selubung Gaib. Jubah sihir muncul kembali. Para panglima perang Nyathemaythibh menyerang. Seluruh Kedhalu, Istana Bukit Madith, Bukit Gisaga, dan Kuil Perak tak lagi damai. Pertempuran terjadi di mana-mana. Dan akhirnya, Nibiru muncul saat Kesatria Atlantis ‘pergi’.

-----------------

Sebuah fantasi menakjubkan yang tak cukup diceritakan dengan review singkat tak sampai dua halaman. Membacanya benar-benar membuat ‘enggan’ beranjak kalau saja saat itu sy sedang ‘benar-benar’ liburan. Nyatanya, novel hampir tujuh puluh halaman itu sy khatamkan sekitar satu minggu. Sangat tidak normal mengingat sy pernah berlibur dengan Harry Potter hanya dalam tiga hari.

Mengikuti petualangan empat Keparat Kecil yang melelahkan sekaligus menggemaskan. Tak sabar rasanya sy membuka halaman terakhir saking penasarannya dengan ending. Tapi ,well, sy tidak melakukannya. Melewatkan kisah Dhaca dan segala rahasianya sepertinya sangat tidak menyenangkan. Meloncati ‘kepongahan’ Sothap juga sayang. Meninggalkan kebijakan Nyithal apalagi. Dan beralih dari Muwu yang seringkali gagap sambil berkata ‘Kupikir dengan serius’ pun pasti meninggalkan sesal. Ditambah lagi berbagai scene menarik para Pembesar Kedhalu, anggota Dewan Bintang, guru-guru bhepomany, dan para Penduduk Kedhalu dengan berbagai pugabha mereka. 

Benar-benar fantasi yang membuat batin sy berdecak. Meski di awal-awal kisah mengembalikan sy pada perjalanan Harry Potter—karena mirip menurut sy—, toh Dhaca, dkk.. mampu membuat sy menorehkan kesan lain. Meskipun Kedhalu sy bayangkan ‘desa’nya para Shinobi, toh para penduduknya membuat sy lebih ‘penasaran’. Membacanya harus menyediakan mental euforia karena kejutan demi kejutan yang terecap.
Haiiii… ini sangat Indonesia!! Bersiaplah untuk wow berulang kali!
Wow untuk pendeskripsian karakternya yang seakan hidup.

Wow untuk detail setting yang menawan. Wow untuk segala konflik. Dan wow untuk banyak hal lain dalam novel fantasi pertama aseli Indonesia ini.

Kalau pun ada mistypo, hmm..benar-benar hanya nol koma nol sekian persen dari seluruh rentetan alfabet yang terangkai entah bagaimana bisa. Nama-nama ‘aneh’ di pikiran sy. Istilah-istilah asing dalam ‘kamus’ sy. Spelling yang belibet –awalnya—namun membuat penasaran mengejanya lagi. Hoho..
Once more, sebuah ending menggemaskan!! Jadi gak sabar memeluk Nibiru dan 7 Kota Suci.

----

Sedhthelkudh nyidwa nyapidh. Bhesugany kedharakay thedwemal pe ngabhadh manyuth. Dhanyabhinya sebhadh thednyudpak. Kedhabhanyay jiytha thap thedhpathapay. Nyapidh bhesugany kedhcamayay nyapay leycangi nyagam keyjadhinyay thedhalath kaycad.

Dhaca Suli leyumibh ngi nyadhi thedhnyaidh sawi kedunyabha seyunya sebhadh Atlantis.[1]

*mengetiknya saja harus penuh perjuangan! Yang pengen tau artinya, ada kok di halaman setelah daftar isi. ^^v




Judul                  : NIBIRU dan Kesatria Atlantis
Penulis                : Tasaro GK
Penerbit              : Tiga Serangkai, Solo
Cetakan pertama: Desember 2010
Tebal                  : xii+692 hlm








*pondok kupukupu. 11072011. Review yang sangat terbatas. Sungguh!! Thanks for my Lovely Leli for gifting me this awesome item. Luv u as always. And Allah loves us. Aamiin.


[1] Prasasti batu berbahasa Kedhalu. Ditemukan oleh seorang petani di dasar danau mongering Dusun Trowono; sebuah surge di batas selatan Gunung Kidul Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar

hey, whoever are you, you can give comment to my writing. just enjoy giving me comment as long as it can be usefull for me. so, just be my on line's friends!!