Hujan

Minggu, 17 Juli 2011

[Bicara Buku] Aroma Puccino ala TaRa


 Bismillahirrahmanirrahim.

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
***


Time 2 Bread, itulah motto dari Bread Time; sebuah bakery di salah satu sudut business centre kelas menengah ke bawah, persis menghadap kompleks pasar tradisional, ruko bertingkat tiga dengan dinding warna peach dan tampak mencolok di antara deretan ruko lain yang kebanyakan berwarna dan berbentuk tipikal satu sama lainnya. Ya, Bread Time—dikelola dua orang pengusaha muda yang sudah mulai diperhitungkan di Batam—memang istimewa. Istimewa dengan keunikan, inovasi, serta pelayanan yang disuguhkan. Hmm.. Tara si penikmat black coffee dan Raffy si penyuka ice green tea rupanya benar-benar serius menjalankan usaha yang mereka geluti. Bahkan –lebih dari sekedar usaha komersil—Bread Time menyebarkan aroma Islami di dalamnya. Menarik.


Dan mungkin itu pula salah satu hal yang menarik perhatian Hazel untuk rela menghabiskan banyak paginya di sudut kanan ruko yang berjarak dua meja dari pintu masuk –ya, seringkali di situ—dan memesan—pesanan yang tak pernah berubah—secangkir cappuccino dengan taburan bubuk kayu manis di atasnya. Seperti tak ada kerjaan, Hazel akan membiarkan kertas-kertas yang ia keluarkan dari dalam ranselnya tergeletak begitu saja. Aneh. Itulah –mungkin—terbesit di benak para pramusaji Bread Time.


Well, rupanya tak hanya pramusaji saja yang memperhatikan keistiqomahan Hazel. Tara, salah satu owner cantik berjilbab lebar itu pun rupanya tak jauh beda. Dan yang kemudian terjadi adalah, karena sebuah kesempatan, Tara berhasil merekrut Hazel menjadi salah satu bagian dari Bread Time. Upz.. bukan Tara yang merekrut melainkan Hazel yang direkrut. Hehe.. beda, lho..:)


Tak salah dugaan Hazel, menjadi bagian dari Bread Time memang berimbas baik padanya. Paling tidak, aura Bread Time sudah seperti terkapilaritas saja. Perlahan menyeruak ke dalam kesehariannya. Meski hal yang tak terencana pun juga turut menjadi bagian dari dirinya. Perasaan ‘entah apa’ yang diam-diam ia rasakan pada Tara. Bos cantik yang semakin membuatnya terkesima karena Tara tak kalah istimewa daripada Bread Time. Hei..perbandingan tak tepat!


Namun selalu saja ada hal yang tak membuat mulus sebuah perjalanan. Belum begitu lama bergabung di Bread Time, Hazel harus direpotkan dengan permasalahan yang menyapa Bread Time, fitnah yang bisa saja merusak image bakery ‘balita’ itu di saat tanda-tanda tumbuhnya si Bread Time sudah mulai tampak. Tak ayal, semua mulai resah. Raffy berusaha keras menguaknya hingga ia berkesimpulan negatif –lebih tepatnya curiga—pada Hazel yang secara misterius tiba-tiba sering ‘raib’ dari Bread Time. Hal yang tentu saja disangkal oleh Tara. ‘Pertengkaran kecil’ terjadi di antara dua orang bersepupu itu. Pertengkaran yang membuahkan opini baru di antara keduanya. Benarkah Tara mulai mempunyai perasaan khusus pada Hazel? Atau,, Raffy cemburu terhadap Hazel? Ah.. pembuahan yang sangat tidak singkron dengan akar permasalahan Bread time. Finally, membuat Hazel pergi tak lama kemudian.
Kebenaran selalu hanya ada satu. Begitulah kata Conan yang cakep dengan kacamatanya. Seperti juga dengan pelik yang mencekam beberapa manusia di sudut kota Batam itu. Kebenaran itupun terungkap. Terbukti bahwa segala yang dituduhkan terhadap Bread Time tak sekedar dari buah benci beberapa pihak yang mencibirnya. Hal yang juga menjawab pertanyaan tentang keterlibatan Hazel.
Terlambat.. Hazel telah menghilang begitu saja.
-------
Ya, sy jatuh cinta pada judulnya. Itulah mungkin yang membuat sy langsung melahapnya ketika sampai di rumah hari itu sekitar awal Maret. Dengan sedikit jeda mandi, shalat, dan makan.. tak sampai jam delapan malam sy sudah menamatkannya. Rupanya sy juga jatuh cinta pada isinya. Rentetan kisah dengan kemasan manis –seperti cappuccino—dan tak begitu tebal. Bukan sebuah novel ala kadarnya –menurut sy—dilihat dari berbagai konflik dan rangkaian alur yang menyeret sy menuju seputaran bisnis di sudut kota industri, Batam.
Ada adegan illegal trading, penculikan, intrik perusahaan, dan interversi syari’at dalam produk bakery –hal yang mulai terabaikan. Sangat memukau. Dengan diksi dan referensi –sy yakin—teruji , novel dengan warna cover yang membuat sy pengen leci ini mampu membawa sy menyelami dunia entrepreneurship.. sepertinya menarik untuk digeluti. Hmm.. Indonesia sangat kaya dan bisa melakukan ini.


Meskipun sangat disayangkan, Tara, Raffy, dan Hazel tidak banyak menggandeng sy berjalan-jalan mengelilingi Batam, J namun sy cukup puas dengan kemunculan Diaz yang justru mengajak sy ke beberapa ‘zona tak aman’ di Batam. Eh.. sy belum bercerita tentang Diaz, ya? ^^v


Tarapuccino. Tara dan Puccino. Judul yang terdengar romantis meski keromantisan di dalamnya harus diraba karena berjalan dengan sangat perlahan. Keromantisan cinta yang tergambar begitu menawan bila dibayangkan dari dua orang cover modelsnya. Mereka duduk membelakangi sy sebagai pembaca. Heu!! Jadi pengen juga menikmati lautan lepas –dan juga kesibukan Kota Batam—dari balik jendela sudut Bread Time dengan secangkir cappuccino bertabur cinnamon seperti mereka berdua. Tara dan Hazel.


Ending? Weitz.., jangan dibayangkan endingnya. Kadang ending yang berasa dorama Korea memang tak terbayangkan dalam novel Indonesia. Upz.. keceplosan! :-)


Kisah ini, tentang kegigihan. Tentang keikhlasan. Tentang kegalauan. Tentang cappuccino dan sensasi rasanya. Seringkali, hidup adalah kejutan bertubi-tubi.


‘Saat pertama kali melihatnya, kau akan merasa seolah melihat sebuah peach, dengan warna kulitnya yang cantik, membuat orang pasti tak tahan untuk mengupasnya, dan isi di dalamnya juga tak kalah mempesona. Tapi di saat kau memakannya, pertama-tama kau akan terkejut akan rasa asamnya yang sangat, tapi saat kau terus mengunyahnya, kau akan merasakan rasa dan sensasi yang luar biasa, sensasi rasa yang elegan, yang membuat kau tak akan bisa melupakannya.’  
(celoteh seseorang yang masih terngiang di labirin ingatan Diaz) 
*bagi yang pengen kenal Diaz, kenalan sendiri aja, deh..


Judul                      : Tarapuccino
Penulis                   : Riawani Elyta dan Rika Y. Sari
Penerbit                 : Afra Publishing
Cetakan pertama    : Oktober 2009
Tebal                      : 284 hlm.








*pondok kupukupu. 12072011. Malam yang gak dingin padahal tadi petang, senja terlihat sangat jingga. Hehe..gak nyambung biarin aje. ^^v

0 komentar:

Posting Komentar

hey, whoever are you, you can give comment to my writing. just enjoy giving me comment as long as it can be usefull for me. so, just be my on line's friends!!