Hujan

Senin, 08 Maret 2010

A CONFESSION

‘sori, ak mw ngku, nih.. gk enk bgt klo kelamaan bo’ong..
Ehm, yg bnr tuh kmrn ak gk slh krm, tpi emg sngja ak krm n blng slh krim.. cuman mw sngja ngecek aja, tuh bnrn km ato bkn. Eh, trnyt km, trus emg bnrn tau ak.. tp kok, kya gk knal aja. Mkny, kmrn ak jg sok lom knl gtu.. sori.. tpi, yg td, npa d dpn bnyk org? haduh, ak bnrn gk tau, gmn msti blang, malu bgt..’



Itulah akhirnya yang aku ketik siang itu. Panas dan gerah yang menyerang sekujur tubuhku tak dapat mengalahkan panas yang menyerang hati dan fikiranku.Entahlah, aku tahu, hal ini bakal amat sangat memalukan. Tapi toh ternyata, alih² mendeletenya, aku malah menekan tombol send.

Message sent

Tulisan yang kemudian muncul di layar SE K508i black-ku.

Satu menit.

Dua menit.

Belum ada report kalo smsku benar² sudah terkirim. Dan itu artinya, dia belum menerima smsku. Aku buka kembali menu pesanku. Sent item. Dan tanpa pikir panjang. Aku menghapusnya. Ya, aku benar² merasa bahwa itu bukan tindakan yang menyenangkan. Mengirimkan sebuah sms pengakuan yang bakal amat sangat memalukan diriku sendiri. Semoga sms itu benar² belum terkirim, batinku. Seperti smsku yang lain, jika tidak ada laporan, maka sms itu tidak akan terkirim.

***


Beberapa jam sebelumnya….



“Bu Sarah, kemarin mau sms sama siapa?” tiba² saja sapaan di antara kerumunan guru² di depanku itu mengejutkanku. Aku memandangnya. Sosok yang sebenarnya sudah aku kenal. “Ehm, anda, ya?” tanyaku dengan pura² tak mengenalnya. Hampir saja aku menyebut nama yang ia katakan padaku. Nama samaran. Haydar. Tapi tidak. Aku tak akan membuatnya malu di depan banyak orang yang mengenalnya. Sebaliknya, aku benar² berusaha keras menyembunyikan rasa maluku. Entahlah, apa warna yang kali ini menyapu seluruh wajahku. “Maaf, Pak.. kemarin benar² tak sengaja.” Aku tetap berusaha tenang. “Tak apa lagi. Emang mau sms siapa?” dia tetap bertanya, dengan tanpa dosa, dan membuat guru² yang lain memandang aneh padaku. “ Ow, itu mau sms teman. Sekali lagi maaf, ya, Pak..!” aku tetap berusaha keras untuk sopan, tenang, dan menahan malu. Sesuatu yang teramat jarang berhasil aku lakukan. “Ya udah, saya ada jadwal ngajar lagi, nih. Mari semua!” aku mengedarkan pandanganku pada yang lainnya dan membiarkan mereka menitipkan pandangan aneh padaku. Aku harus secepat mungkin meninggalkan kerumunan tersebut. Meski sebenarnya aku masih ingin menengok anak² didikku yang mengikuti lomba kaligrafi.

Oh my God. Aku pergi dengan amat sangat malu. Bagaimana tidak coba, dia bilang, di depan banyak orang, yang beberapa dari mereka temanku, kalau aku kemarin telah salah kirim sms. Padahal faktanya, setahu mereka, kami belum saling mengenal. Ya meski memang benar, aku kemarin memang telah mengirimkan sms padanya.

***

Sehari sebelumnya….

Acara seleksi PORSENI tingkat kecamatan diadakan di sekolah tempat aku mengajar. Jadinya, banyak murid dari sekolah lain yang datang. Tentu saja, mereka didampingi oleh guru pendampingnya masing². Banyak guru dari sekolah lain yang belum aku kenal. Maklum, aku guru baru dan amat sangat jarang mengikuti pertemuan guru². Dan lagi, aku menghabiskan masa abu² putih dan kuliahku bukan di daerah tempat mengajarku ini. Jadilah, aku hanya mengenal beberapa gelintir orang yang bisa menjadi teman. Tidak seperti kebanyakan dari mereka yang memang sudah mengenal dari mulai SMA ataupun dari banyak kegiatan² lain.

Siang itu terik dan gerah. Jam pulang sekolah sudah tiba. Tanpa menunggu banyak waktu lagi, aku memutuskan pulang. Sendirian, seperti biasanya. Lagian, mana mungkin aku menunggu jemputan ataupun teman pulang, rumahku dekat.

Seseorang tersenyum padaku. Ia salah satu guru yang menjemput anak didiknya. Dan aku membalasnya. Wajar bukan, seorang tamu tersenyum pada tuan rumahnya. Batinku. Tapi entah mengapa senyum itu membekas begitu saja padaku. Ya, aku mengenalnya, setidaknya, mengetahui siapa dia. Kalau aku tidak salah, firasatku mengatakan, dia orang itu. Seseorang yang beberapa bulan yang lalu pernah sms padaku, dengan tiba² bertanya alamat emailku. Dan kemudian beberapa waktu kemudian mengirimiku email.

Sampai di rumah, kurebahkan tubuhku. Dan tiba² aku kembali teringat Miya, seorang teman yang menjadi juri PORSENI di sekolahku tadi. Aku lupa, aku belum mengajaknya ngobrol tadi pagi.. Tanpa pikir panjang aku mengambil hp dan berniat mengirim sms padanya..

Ya, sori.. tadi lupa pamit.. hehe.. ntar klo uda slse smw, maen k rmh, y? Km uda lma gk k sni, kn?

Tapi, ntah ide dari mana, alih² memasukan nomor Miya, aku malah membuka phonebook dan memasukan nomor seseorang yang beberapa bulan lalu pernah sms dan meminta alamat emailku, yang siang tadi melempar senyum padaku.
Penasaran, itulah alasan awal aku membuat skenario salah kirim ini. Apakah dia mengenalku? Karena beberapa bulan yang lalu, ia juga pernah menulis email padaku dan kami saling bercerita tentang pekerjaan kami. Dari situ aku tahu bahwa ternyata ia seorang guru sebuah sekolah yang berada satu wilayah dengan tempatku mengajar. Dan tanpa sengaja, aku melihatnya beberapa bulan kemudian saat pertemuan guru². Aku tahu ia, setelah ia mengakui nama aslinya. Tapi aku tak yakin ia mengetahuiku. Awalnya, aman, itulah yang sempat terbesit di pikiranku saat, entah mengapa, aku membalas smsnya. Sms dari seseorang yang tak aku kenal. Padahal sebelumnya, aku akan berfikir seribu kali sebelum membalas sms tak dikenal.

Message sent.

Tulisan yang muncul di layar SE K508i-ku.

Beberapa detik kemudian,

Message delivered
Haydar Husain

Dan beberapa detik kemudian, dengan sigap aku mengetik sms lagi.

Sori, yg tdi slh krim

Message sent

Message delivered
Haydar Husain

Aku menunggunya dan tak ada balasan. Sungguh menjengkelkan. Menunggunya lagi dan tetap tak ada balasan. Oke, dia memang mungkin tak berniat membalasnya. Batinku masih dengan kesal.

Tit tut tit tut..

Ponselku bergetar.
Dia membalasnya.

Sori bru smpat bls. Tak apa lagi, Bu Sarah. Emg qt lma gk sms-an. Tdi kok sndri aja? Yg jmpt mn?

Ow ow.. tepat seperti dugaanku. Dia sudah mengetahui sosokku. Seseorang yang beberapa bulan lalu, tiba² saja, meminta alamat emailku. Yang mengaku bernama Haydar. Dan saat aku Tanya di mana dia mendapatkan nomorku, dia mengaku kalau menemukan nomorku teronggok di kolom sms pembaca sebuah majalah langgananku. Hal yang juga kusesali, mengapa majalah tersebut mencantumkan nomorku..!!

Haduh, sori bgt, lho.. td bnr2 gk sngja. Tpi, emg td km tau ak, ta?

Sms balasan yang benar² tidak sesuai dengan pertanyaan yang ia ajukan.

Message sent.

Message delivered
Haydar Husain

Lagi², tak ada balasan. Sungguh lebih menjengkelkan.

Dan besok paginya, kami bertemu. Tanpa sengaja. Dia menyapaku di depan kerumunan. Dan dengan sangat tenang mengatakan tentang sms salah kirimku.

Oh Gosh.

***

Pagi hari yang cerah. Hari libur, tanggal merah. Libur Maulid Nabi. Tapi rasanya aku tidak akan libur. Hari ini aku akan sangat sibuk mengadakan kegiatan maulid Nabi bersama rekan²ku.

Tit tut tit tut..

Ponselku bergetar lagi.
Sms dari dia.

Sori br bls. Kmrn sbk bgt. Da acr maulid nabi. Pnckny smpe mlm. Jd nih ru smpt bls. Tak apa, lagi..Bu Sarah. Gk ush mnt maaf. Lagian emg kn dlu sy yg awlny pngen knln.

Sms pendek pagi hari yang teramat mengejutkan. Jadi, sms pengakuanku kemarin benar² terkirim. Oh my God. Entahlah, apa yang dia pikirkan tentang aku. Seseorang yang benar² memalukan, mungkin.

Beberapa detik aku hanya memandang sms tersebut. Dan membacanya lagi. Tidak. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak membalasnya. Lagi pula, sepertinya itu bukan sms yang membutuhkan balasan. Aku membacanya sekali lagi. Tersenyum. Dan menghapusnya.

Ya, biar saja, kesan apapun boleh ia sematkan padaku. Yang terpenting, aku lega. Aku telah mengakuinya. Sebuah kebohongan yang mungkin akan menghantuiku jika saja aku memendamnya. Dan pasti akan memaksaku merancang kebohongan baru.

Dan akhirnya, aku hanya memikirkan dua kemungkinan jika suatu hari aku bertemu dangannya lagi

Mungkin dia tetap tersenyum dan menganggapku teman. Melupakan semua kekonyolanku.

Atau mungkin dia akan memandangku, sinis. Memandangku sebagai seorang yang tak tau malu karena telah menyasarkan sms hanya untuk sebuah rasa penasaran.

Dan apapun itu, biarlah.

For everything happens for a reason.


5 komentar:

  1. hahaha.....salkah kirim apa emang sengaja kirim...????

    BalasHapus
  2. hehe.. ada, deh..!!

    btw, baca lengkap ceritanya, kan?

    BalasHapus
  3. hmm....sebuah cerpen yang menarik, salah kirim sms haha,sebuah ide konyol yang konvnesional yang dilakukan seseorang jika pengen kenalan.....

    great deh......

    salam kenal dari pakde kaconk....
    kunjung balik ya.....

    BalasHapus
  4. Pakde Kaconk.. salam kenal juga.. thanks dah..^^

    aku uda kunjung balik, lho..

    mbah Jiwo, Ajja... bisa..hehe, eia eialah..
    thanks uda dibaca.. *sotoy banget, ya, aku?padahal gak tau, Mbah Jiwo uda baca ato belum..*

    BalasHapus

hey, whoever are you, you can give comment to my writing. just enjoy giving me comment as long as it can be usefull for me. so, just be my on line's friends!!