Hujan

Selasa, 17 November 2009

Tadabbur

Akhirnya, hari itu tiba juga. Hari yang udah aku tunggu² sejak beberapa hari sebelumnya. Yupz, hari libur kali ini aku gak sibuk di rumah seperti beberapa minggu dalam sebulan ini. Gak bersih² rumah, ngeberesin buku² koleksiku, nyapu halaman, nyiram bunga, bantu Ibu’ masak, nyuci, nyetrika, n beberapa rutinitas yang sering banget ngisi hari mingguku. Tidak juga ngunjungin si mbah, belanja ke pasar, maen ma ponakan, nonton ma cs, ato.sekedar jalan² cuci mata
Tapi libur kali ini, akhirnya aku akan berangkat ke Bromo, salah satu tempat yang udah lama banget ingin aku kunjungin.

Belum juga si jago berkokok, aku udah memaksa mataku tuk terbuka. Lagaknya, si mata pun dengan kompaknya tak terpejam lagi meski udara dingin dengan lembutnya menusuk-nusuk. Grrrr... brrrr.... setelah selese semua aktivitas bangun pagiku, dengan semangat ’86 kubantu ibu’ menyiapkan semua bekal yang harus aku bawa. Sim salabim ..jadi deh bekalnya..!! hmmm,,yummy dah!!

Kumasukkan semua barang yang mungkin aku perlukan ke dalam tas. Sreet..kutarik jaketku dan setelah berpamitan pada Ibu’ n Abah, aku n adek pun berangkat ke tempat kami harus berkumpul.

Jam 5.30, kami sampai di rumah mb. Ari. Yupz, aku akan berangkat bersama temen² kerjaku. Tak sampai lima menit, semua orang sudah berkumpul. Satu, dua, ... ada 15 orang yang ikut dalam perjalanan. L-300 rasanya tak akan terlalu buruk untuk membawa kami ke Bromo.

Bismillah, perjalanan tadabbur alam pun kami mulai.

’Subhaanal ladzi sakhoro lanaa haadza wa ma kunna lahu muqriniin. Wa inna ilaa robbina lamunqolibuun’

Sepagi itu, jalanan juga udah ramai. Sepertinya udara dingin tidak menghalangi orang² tuk menyambut malaikat mikail. Seramai apapun, tak kan ada macet di daerah sini, kecuali kalo ada pawai tentunya. Si L 300 melaju naik melewati Gubugklakah dan sekitarnya. Semakin naik membuat aku semakin mengencangkan jaketku. Udaran pemandangan pagi pedesaan ternyata emang benar² sejuk n segar. Kira² setengah jam perjalanan, kami melewati Coban Pelangi yang ada di kanan jalan. (Ada yang belom tau Coban Pelangi?? Plis deh!!). Beberapa ratus meter setelahnya, kali ini kami melewati Coban Trisula yang ada di pinggir jalan (Ada yang belom pernah ke Coban Trisula?? Wajar aja kali!!aku juga belum, koq!hahahaha..). jalanan semakin naik, pemandangan semakin menakjubkan, dan udara semakin dingin.

Subhanallah, rasanya sulit untuk gak bergumam mengagumi pemandangan. Hamparan terasiring yang dipenuhi berbagai tanaman. Sulit kubayangkan bagaimana orang² bisa menanam sayuran mereka ditempat tegak seperti itu. Sepertinya, untuk berdiri tegak aja sulit. Tapi toh nyatanya mereka emang bisa!! Two thumbs up dah bwt para petani di sana.

Semakin jauh, sepertinya kami melewati lereng pegunungan. Berbagai macam pepohonan n berbagai macam tanaman memenuhi pinggir jalan yang kami lewati. Ada kayu cajuput besar yang daunnya bisa menampar kami kalo kami lengah berdiri. Jadi setiap saat kami harus siap merunduk kalo ada daun cajuput melambai di pinggir jalan. Ada juga berbagai macam bunga yang entah apa namanya.

Sambil tetap mengagumi keindahan alam, aku jadi terpikir lagu yang dulu sering aku nyanyikan saat kecil

....Naik naik, ke puncak gunung
....Tinggi timggi sekali
....Kiri kanan kulihat saja
....Banyak pohon cemara,,aa,,aa
....Kiri kanan kulihat saja
....Banyak pohon cemara

hehe, kaya’nya tuh lagu emang cocok banget cz kulihat juga banyak pohon (yang menurutku) cemara.

Agak jauh di atas perbukitan ternyata ada juga pemukiman orang. Saat kutanya temanku, ternyata namanya Jarak Ijo. Pemukiman yang jauh dari jangkauan, batinku. Bagaimana tidak, untuk mencapainya, orang² harus naik puncak. Oh God!!

Setelah kira² satu setengah jam-an, setelah jalanan naik n berkelok² tajam, kamipun sampai di daerah Ngadas.

Subhanallah, kembali kami harus mengagumi alam lagi. Ada sebuah padang rumput yang luas dan menakjubkan. Ehm, belum kutemukan kata² yang tepat tuk mendeskripsikannya. Tapi yang jelas, kalo ada yang mau ngadain pertandingan sepak bola di padang rumput ini, maka waktu 2x45 menit tak akan pernah cukup, meski cuman ngebuat satu gol aja.hehe..

Kali ini tak terlihat pemukiman disini. Satu hal yang sebenarnya pengen banget aku lakukan tapi kutahan. Teriak.. ya aku pengen banget teriak.

Belum selesai kami mengagumi Savana-nya Indonesia, kami sampai di padang pasir yang juga luas dan menakjubkan, tetap saja, belum kutemukan kata yang tepat untuk mendeskripsikannya. Akupun serasa berada di Sahara, cuman bedanya, Sahara yang gk panas cz ternyata sepertinya hujan baru saja mengguyur si Sahara.

Fortunately, sang sopir dengan baik hati mengizinkan kami turun. Bismillah, kupijakkan kaki di atas sahara. Uuhh, senangnya. Banyak terdapat bongkahan padas berceceran di atas pasir. Sepertinya, itu bongkahan yang terlempar saat si gunung batuk. Kulihat sekeliling, gunung, bukit, gunung dan bukit. Terbayang aku berdiri di antara Rock Hill. Tentu saja, kami dengan semangat ’90 jepret sana jepret sini. Menghabiskan pose yang kami siapkan dari rumah. Uh, biar deh kalo kami dikata narsis or himagifu....

Kira² 20 menit sesudahnya n kehabisan gaya di padang Sahara, kami melanjutkan perjalanan. L 300 membawa kami kembali. Udara semakin dingin. Brrr..


Tidak sampai setengah jam, L 300 pun berhenti.. sudah banyak orang disana. Ada yang baru datang, ada pula yang sepertinya menginap dan telah menikmati sunrise. Yupz, sayang banget kali ini kami gak bisa menikmati sunrise. Maybe next time, then...

Kami turun, kami melihatnya. Ya, aku melihatnya. Si Bukit berdiri kokoh di depan kami (entah, apa ya nama gunung yang ada di sebelah kanan agak kedepan kawah bromo tuh??)

Dan si Kawah Bromo kulihat juga sedang mengepulkan asapnya.

Hehehe..mau tau bagaimana kisah kami selanjutnya??


Don’t miss it then...☺


To be continued.



D’s lovely room, November, 17th 2009 12.40 am

0 komentar:

Posting Komentar

hey, whoever are you, you can give comment to my writing. just enjoy giving me comment as long as it can be usefull for me. so, just be my on line's friends!!